Legenda Desa Kedisan



Asal Mula Desa kedisan

            Pada zaman dahulu dikisahkan ada lima orang pemuda dari kelungkung yang sedang merantau kepesisi barat pulau bali yaitu di jembrana, untuk membuka lahan pertanian, melihat keadaan di dataran rendahnya sudah banyak orang penduduk disana yang sudah menjadikannya sebagai lahan persawahan , maka berjalanlah kelima orang pemuda ini menuju ke pegunungan dekat hutah untuk mencari lahan yang bisa dijadikan lahan perkebunan pisang dan pepaya.Setelah berhari-hari mengembara mencari lahan yang cocok. Namun sampai 2 minggu lamanya ke lima orang pemuda tersebut belum menemukan lahan-lahan yang cocok untuk di jadikan perkebunan. Mereka hanya menemuan tanah bebatu yang tandus dan sangat gersang. Karena sudah terlalu lama merantau mencari-cari tanah untuk lahan pertanian dan tak kunjung ketemu juga, akhirnya kesabaran para pemuda itupun habis dan mengeluarkan amarahnya di sana dengan memaki-naki tanah gersang tersebut dengan kata kata yang kasar. Berteriaklah salah satu pemuda tersebut dengan keras sambil melampiaskan rasa kekesalanya terhadap tanah tersebut, “tahah macam apa ini sangat gersang sekali, apakah ada makhluk hidup yang busa hidup di sini?, dasar tanah sialan, tak ada  tempat sepetak kecilpun yang subir dan bisa ditanami, brengsek selama berminggu-minggu waktu kita terbuang percuma kak?. “jangan bicara begitu ini bukan tempat sembarangan, kini kita sedang berada di tengah hutah, jaga kata-katamu itu.

Lebih baik kau diam dan lanjutkan perjalanan kita, mungkin di sebelah bukit itu kita akan menemukan tanah yang lebih baik yang bisa kita tanami” kakaknya merangkul sambil menasehati adiknknya. Adiknya melemparkan tangan kakaknya sambil bicara “Percuma saja kak sejauh apapun kakak mencari dan berjalan tetapsaja tumpukan batu keras dan rerumputan gersang yang kering yang kau temukan, tanah ini sudah di kutuk kak, sudah dikutuk.!!!!. seteh adiknya selesai bicara, entah dari mana datangnya angin yang di sertai petir yang sangat kencang yang menerbangkan seluruh bebatuan serta pohon-pohon kering yang ada di sana. Dan terdengarlah suara yang sangat keras dan menakutkan, “dasar manusia tidak tahu diri!, atas dasar apa kamu berani-beraninya memaki serta mejelekan tanahku ini, apa tujuanmu datang kemari?”. Menyahut adiknya rada kasar, hai..!! siapa kau kalau berani tunjukan wujudmu pengecut, jangan kau menmbah kemaranhan ku ini, aku sudah muak dengan semua ini, cepat tunjukan tampangmu kalau kau berani!”.si kakak kembali merangkul adiknya dan munyuruhnya diam. “Dasar manusian sobong, baiklah kalau itu keinginanmu maka aku akan tunjukan wujudku yang sebenahnya”. Seketika petir menggelegar dan langitpun berubah menjadi hitam seperti malam. Dan munculah sesosok burung garuda hitam(Paksi Ireng), dengan kepala yang sangat seram. Besarnya setara dengan tinggi tiga orang pria dewasa, yang terbang mengelilingi kedua orang pemuda tersbut. Dan seketika adiknya diam mematung, tidak bergerak sedikitpun melihat sosok garuda hitam tersebut saking takutnya. Dan berkatalah Sang Garuda Hitam, “akulah garuda hitam, penjaga hutan disini, aku telah menuruti perkataanmu untuk menampakan wujudku, tapi kau malah diam tidak berbicara apapun, dasar manusia laknat kau sediri tidak dapat menjaga kata katamu sendiri, tidak sepantasnya kau bicara memaki-maki tanah yang bukan menjadi hakmu serta di daerah keramat seperti ini, sudah sepantasnya kau meneriama humuman atas perbuatanmu dan cara bicaramu itu. Maka sekarang aku akan mengutuk mu menjadi burung “gagak yang gagu”,kau tudak akan dapat mengeluarkan bunyi apapun, dan juka suatu saat kau dapat mengeluarkan bunyi, maka bunyimu itu akan membawa sebuah kabar kematian bagi seseorang, sekarang ikutlah kau menjadi hambaku disini”. Maka seketika petir menyambar si adik, dan merubahnya menjadi seekor burung gagak yang tak dapat berkicau. Melihat hal tersebut si kakak memohon kepada sang garuda hitam sambil menangis dan memohon ampunan “wahai sang garuda hitam yang menguasai hutan disini, tolong ampunilan, hamba dan adik hamda atas semua kesalahan hamba berdua. Kembalikanlah adik hamba ke wujudnya sebagai manusia seperti semula,hamba mohon denan sangat, hamba mohon pengampunan darimu”. Sang Garuda kembali berbicara, “Nak, aku tidak bisa mengembalikan adikmu seperti semula, dia pantas mendapat ganjaran atas perbuatanya tersebut”. Sang kakak kembali berbicara, baliklah kalau begitu biarkanlah aku yang menggantikan adikku menjadi burung dan kembalikan dia seperti semula, karena ini juga kesalahanku tidak bisa mendidiknya dengan baik” Sang garuda berbicara lagi, “nak kau memang pemuda yang sangat baik berbeda sekali dengan adikmu itu, tetapi aku tidak dapat mengembalikan kutukan yang sudah aku ucapkan, biarkan adikmu disini mengabdi kepadaku, kalau begitu aku akan memberikan sebuah permohonan kepadamu, asal yang tidak menyangkut adikmu, ayo cepat mintalah, apapun, kecuali yang kusebutkan tadi pasti akan aku kabulkan”. Baiklah kalau begitu, jika memang di ijinkan hamba meminta agar tanah yang berbatu dan gersang, ini menjadi tanah yang subur untuk ditanami buah dan sayuran”. “kenapa engkau tidak meminta uang,emas,permata, ataupun hal yang bisa membuatmu kaya”.“maaf bukannya hamba sombong atau bagaimana, karena memang tujuan hamba dan adik hamba kesini untuk membuka lahan pertanian dan hidup disini, serta sebagai tempat kelak keturunan kami tumbuh dan besar disisni, agar perjuangan hamba dan adik hamba selama ini tidak sia-sia, hamba sendiri akan terus melanjutkan impian kami berdua”. “Baiklah kalau itu memang keinginnanmu, lihatlah kembali kesekelilingmu”. Dan sang garuda pun segera mengepakan kedua sayapnya ke arah pemuda tersebut. Terkejutlah pemuda tersebut seakan tidak percaya, sekeliling pemuda tersebut tanah yang dulunya berbatu, kering, dan sangat tangdus. Seketika berubah menjadi hutan lebat dan lapang dengan tanah yang sangat gembur dan lembab, sangat cocok untuk ditanami tumbuhan apapun. Burung-burung pun berkicau seolah menyampaikan keindahan dan ke asrian hutan yang sedang dia pijak sekarang. Diapun menunduk dan menangis menyesali smuanya ini. Sang garuda pun bertanya, “ kemapa kau menangis?, apa yang telah kau minta suda aku kabulkan?. Maafkan hamba, hamba hanya sedih kenapa baru sekarang hamba dapat menemukan tanah yang yang begitu subur seperti ini, setelah adik hamba menjadi seperti ini”.“sudahlah, tidak baik menyesali semua yang sudah terjadi, mungkin ini memang sudah jalan yang di berikan kepada kalian berdua, jadikanlan hal ini sebagai pelajaran dalam hidupmu dan juga keturunanmu nanti, sebenarnya apa yang kau lihat sebelumnya itu sebenarnya hanyalang tipuan yang aku lakukan, karena kau tidak meminta ijin terlebuh dahulu dan kamu langsung masuk kehutan tampa mengutarakan apa sebenarnya tujuanmu, memang disini tidak ada siapa-siapa tetapi yang namanya hutan semua pasti ada penghuni yang menjaganya yang terkadang tidak terlihat, ingatlah selalu perkataanku itu” “ampunilah hamba, atas kelancangan hamba memasuki daerah kekuasanmu. Kalau boleh di ijinka hamba aka membuka sebuah lahan pertanian dan juga tempat tinggal disini”.”Tentusaja, aku akan terus mengawasimu dan orang-orang yang kelak akan tinggal disisni nantinya. Dan untuk adikmu yang kini sudah berubah menjadi burung gagak yang gagu nantinya akan menjalankan tugasnya sesuai kutukan yang sudah aku ucapkan, yaitu dia akan datang dan membawa kabar kematian untuk orang-orang yang kelak tinggal disini yang sudah mendekati ajalnya, ketika burung gagak gagu atau adikmu mengeluarkan bunyi atau mengicau pada malam hari, maka tidak lama kemudian pasti akan ada orang yang meninggal, ingatlah sesalu itu dan jangan biarkan keturunanmu atau orang yang akan tinggal disini nantinya, mengulangi kesalahan yang telah kamu perbuat”. “Baiklah, hamba akan selalu mengingat semua perkataanmu” sang kakak menunduk sambil mengucapkan terimakasih. Dan dengan sekejap mata Burung Garuda Hitam itupun menghilang bersama burung gagak yang gagu tersebut. Setelah mendapat petunjuk dan tempat yang sangat cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Diapun langsung menggarap lahan tersebut dengan menanaminya berbagai macam buah dan umbi-umbian seperti pisang, pepaya, kelapa, ketela dan masih banyak lagi lainnya. Tidak sampai dua bulan semua yang ditanamnya sedah membuahkan hasil yang melimpah.

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Beranda

Lencana Facebook

Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogger templates

Recent News

"OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM"
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers


Recent Comments